Senin, 15 Maret 2010

Harga Kos Versus Kurs Dollar: Annual Tahunan Jatinangor

Senin, 15 Maret 2010
Setiap tahun, ada ritual yang dijalankan oleh para mahasiswa yang tinggal di Jatinangor. Ritual yang kadang diinsyafi mahasiswa sebagai sesuatu yang melelahkan, tapi mendatangkan rejeki bagi para fasilitator. Ritual “Pindah Kosan”, ritual yang juga memiliki sifat religius bagi sebagian penganutnya. Untuk menarik minat para mahasiswa, para pemilik atau pengurus pondok kos dengan tanggung jawab membuat bersih pondokan dengan sangat cermat seperti kuil ritual. Persis seperti mitos agama yang ada, kebersihan bagian dari iman. Jadi wajar jika banyak pencuri membersihkan sendal-sendal yang berantakan di luar mesjid. Atau tangan jahil yang membereskan uang-uang yang berantakan dari kotak amal atau hasil sumbangan jemaat. Kebersihan bagian dari iman (apalagi kalo malingnya bernama iman).
Yah apapun itu, kosan bagi para mahasiswa rantau merupakan bagian dari paket pendidikan yang mereka jalani. Mereka memperlakukan uang kosan sama seperti uang SPP kuliah. Mahasiswa sama mudahnya menggunakan uang SPP atau uang kosan untuk keperluan lain. Buntut-buntutnya repot saat mau ujian karena tidak memegang kartu ujian yang bercap lunas SPP, atau sidang tersendat karena menunggak biaya kuliah, atau mendapat “semprotan” dari Bapak kosan yang tiba-tiba wataknya berubah dari sangat agamis menjadi uangis (istilah saya untuk penggambaran prilaku sadar seseorang yang digerakkan atau dimotivasi oleh uang). Terlepas dari itu (maksudnya saat sudah lepas dari masalah yang disebabkan karena “memakan” uang kosan), pondok kos merupakan faktor penting bagi mahasiswa. Ada faktor yang mengatakan, dengan pondok kos yang kondusif maka mahasiswa mendapat tempat yang ideal untuk belajar. Faktor lain juga mengatakan, dengan pondok kos yang kondusif maka mahasiswa mendapat tempat yang ideal untuk bersenang-senang dengan teman kos-nya, seperti dapat bermain game multiplayer bersama, bermain kartu dengan taruhan berbagai rupa (dari mulai traktir lumpia basah hingga lenyapnya uang kuliah). Hal tersebut membuat mahasiswa sangat selektif dalam memilih pondok kosan. Apalagi menyoal tentang harga.
Harga kosan di Jatinangor memiliki beragam pilihan (tinggal pilih mau harga kosan yang cukup merogoh kantong orang tua atau hingga harga yang bisa membuat orangtua menjual mobil atau rumah). Harga juga memiliki pengaruh pada pilihan kosan. Teori umum yang masih berlaku mengatakan, “semakin murah harga kosan, maka semakin jauh jarak dari kampus. Semakin mahal maka semakin dekat dengan kampus”. Tapi tentu teori ini tidak lengkap, karena muncul teori baru yang menambahi, “semakin mahal harga kosan maka semakin nyaman fasilitas yang kita dapatkan, semakin murah maka nyamuk dan jamur yang kita akrabkan”. Kebutuhan akan kosan ini menjadi ladang bisnis cair bagi pengusaha pondok kosan. Uang akan terus mengalir setiap tahun (atau tiap bulan, untuk pondok kosan yang menyediakan kos paket bulanan). Jumlah mahasiswa rasanya semakin banyak tiap tahun, sehingga tata letak bangunan di Jatinangor menjadi semakin rapat (mungkin pada akhirnya Jatinangor akan menjadi new cicadas, Bandung). Ada satu fakta yang melekat pada ladang bisnis kos di Jatinangor ini. Inflasi harga kos di Jatinangor mengalahkan kurs dollar di bursa saham.
Jika dollar pasti mengalami fluktuasi, maka tidak akan pernah terjadi pada harga kosan di Jatinangor. Setiap tahun harga kos terus mengalami kenaikan. Beragam, mulai dari 100ribu-hingga 1juta, tingkat kenaikannya. Tidak heran jika ada pendapat baru yang muncul, “sekarang, daripada ngekos mending nyicil rumah di Jatinangor”. Kenaikan harga yang kadang tidak masuk akal ini, tidak diimbangi dengan peningkatan fasilitas pondok kos tersebut. Sehingga membuat banyak mahasiswa yang akhirnya memutuskan hidup berpindah-pindah, dari satu kos murah ke kos yang lebih murah. (red/idu)

0 komentar:

Posting Komentar

 
◄Design by Pocket, BlogBulk Blogger Templates. Distributed by Deluxe Templates